Bismillaahirrahmaanirrahiim
Preklinik! Mungkin mahasiswa
kesehatan tidak asing lagi dengan istilah ini terutama mahasiswa keperawatan.
Yap! Pada saat preklinik (sebelum profesi) mahasiswa keperawatan harus
mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan di dunia perkuliahan ke masyarakat
dan tempat klinis seperti rumah sakit dan puskesmas. Nah, pada postingan kali
ini saya akan berbagi pengalaman ketika praktik klinik di komunitas lansia yang
dikenal dengan keperawatan gerontik.
Jujur, ini merupakan praktik klinik
pertama bagi saya. Lho, kok yang pertama sih? Saya adalah mahasiwa keperawatan
yang tengah meduduki semester lima tapi saya belum pernah praktik klinik di
rumah sakit ataupun puskesmas. Kurikulum
di fakultas membolehkan mahasiswa keperawatan terjun ke dunia klinis saat
menduduki semester tujuh. Cukup lama memang!
Praktik klinik di komunitas gerontik dimulai pada awal
September lalu. Untuk melaksanakan
praktik klinik ini mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Disebabkan
total mahasiswa di kelas saya tujuh puluh orang jadi tidak memungkinkan terjun
ke lapangan ketujuhpuluhannya. Setiap kelompok akan terjun ke lapangan pada
hari sabtu dan minggu. Jika pada minggu pertama kelompok satu yang praktik
klinik berarti minggu selanjutnya yang praktik klinik adalah kelompok dua dan
begitu seterusnya.
Sebelum melaksanakan praktik klinik
dosen mata kuliah keperawatan gerontik memberikan opsi kepada kami untuk memilih panti jompo mana yang akan dipilih.
Nah, dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami memilih WCK dengan alasan lebih
dekat dan aksesnya mudah. Setelah memilih kemudian kami diberi tahu bahwa semua
lansia yang tinggal di WCK beragama nonislam. Shock? Pasti. Jika dalam
keseharian bertemu dengan masyarakat yang mayoritas beraga Islam nah sekarang
kami akan bertemu dengan masyarakat nonislam. Dalam kehidupan ini kita memang
tidak boleh membeda-bedakan latar belakang agama dan budaya seseorang, mungkin
karena tidak terbiasa jadi efeknya begitu.
Tahukah kau teman? Ternyata keadaan
di sana tidak sesuai dengan ekspetasi kami. Walaupun masyarakat di sana
beragama nonislam tapi mereka sangat
menghargai kita yang beraga Islam, toleransi terhadap agama kita patut
diacungkan jempol. Awalnya kami bingung mau shalat di mana ternyata pihak WCK
menyediakan sebuah ruangan khusus untuk perawat. Nah, di ruangan perawat inilah
kami melaksanakan shalat karena beberapa perawat di sini ada yang beragama
Islam.
Sesampai di sana kami disambut oleh
seorang oma yang berinisial P. Oma P sangat ramah pada kami. Dari matanya terlihat
sebuah kesedihan dan pengharapan yang cukup besar. Saya cukup terkesan dengan
keramahan Oma P ini. Saat pengarahan dari perawat yang bertugas kami mengetahui
total lansia yang tinggal di sini berjumlah empat puluh orang dengan berbagai
diagnosa medis. Hipertensi, stroke, DM, rematik, asam urat, osteoporosis,
depresi, demensia, waham, harga diri rendah, isolasi sosial, ditemukan di sini.
Banyak sekali pengalaman yang di
dapat di sini. Seorang perawat harus bisa empati terhadap keadaan kliennya.
Seorang perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada kliennya, bagaimana
mungkin dia tidak empati terhadap kliennya?
Miris memang. Hati saya seakan
dicabik-cabik saat mendengar cerita oma-opa tersebut. Setelah bercerita dengan
beberapa oma-opa tersebut saya mengetahui alasan masuk mereka ke WCK. Adapun
alasannya yaitu karena diantar oleh anak, tidak ada yang merawat, tinggal
seorang diri, bahkan ada yang ditelantarkan begitu saja. Naudzubillahi minzalik.
Bukankah seorang anak wajib berbakti pada ibu dan
ayahnya? Saat kita kecil merekalah yang
merawat kita. Tak peduli apakah mereka sibuk bekerja, ekonomi pas-pasan, dan
sebagainya. Namun, mereka tetap merawat kita. Kasih sayang dari mereka terus mengalir
pada diri kita walau dengan keadaan seperti itu. Saat mereka memasuki usia
senja kenapa kita tak membalas jasa mereka? Kenapa bukan kita yang merawat
mereka? Apakah Anda puas ketika dikatakan sukses tapi Anda tidak sukses merawat
kedua orang tua Anda? Bukankah orangtua
sangat berperan penting dalam kesuksesan Anda? Bukankah orangtua yang
menyekolahkan Anda hingga Anda memperoleh pendidikan yang tinggi? Malah, ada
yang mengatakan anaknya bekerja di luar negeri dengan profesi yang patut
diacungkan jempol. Namun, apa yang
terjadi? Ketika Anda menjadi orang besar Anda melupakan orang-orang yang
membantu Anda untuk menjadi orang besar. Astaghfirullah.
***
Hidup itu seperti ban mobil. Kadang kita berada di
atas dan kadang di bawah. Saat kita berada di bawah jangan bersedih karena
suatu saat nanti kita akan berada diposisi atas. Sebaliknya, saat kita berada di
posisi atas ingatlah bahwa suatu nanti kita akan berada di posisi bawah.
Bersyukurlah terhadap semua yang diberikan Tuhan.
Seiring berjalannya waktu kita akan mendapati usia
lanjut, in syaa Allah. Saat memasuki
usia lanjut sistem penyusun tubuh banyak mengalami kemunduran. Baik itu
kemunduran sistem neurologi, penglihatan, hormon, integumen, ekstremitas atas
dan bawah, fungsi pernapasan, jantung, ginjal, reproduksi, dan sebagainya. Hal
ini sangat berdampak pada kehidupan sehari-hari. Sebelum nikmat tersebut
diambil maka bersyukurlah! Gunakan nikmat tersebut dengan sebaiknya sebagai
bukti syukur atas nikmatNya. Jika kita bersyukur atas nikmat yang diberikan
maka Dia akan melipatgandakan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga kedua telapak
kaki. Dalam Al-qur’an Surat Ibrahim ayat 34 disebutkan, “Jika kamu menghitung
nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya.” Sudahkah engkau
bersyukur wahai diri?
Tanpa kita minta Dia memberikan nikmat yang luar
biasa. Kita memiliki dua mata, satu lidah, dua lubang hidung, dua tangan, dan
dua kaki. Bagaimana jika Dia mengambil salah satu nikmat tersebut? Misal, Dia mengambil nikmat kaki yang
digunakan untuk berjalan dan menopang tubuh. Tentunya kita tidak bisa berjalan
dengan semestinya, mungkin kita akan menggunakan kursi roda ataupun kruk. Maka
nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Bersyukurlah!
Jangan sampai ketika nikmat sehat telah diambil
olehNya baru Anda bersyukur. Praktik klinik keperawatan gerontik membuat saya makin takjub atas skenarioNya.
Dia dapat saja dengan mudah mengambil nikmat tersebut tanpa bisa kita halangi.
Selagi masih muda manfaatkanlah nikmat kesehatan ini
dengan baik. Bersyukurlah! Tanpa kita sadari, hal yang membuat hidup tidak
nyaman adalah ketika kita lupa bersyukur atas nikmat yang diberikanNya.
Salah satu pasien saya yang nonislam berpesan, “Jangan
pernah meninggalkan shalat, bersyukurlah atas nikmat yang diberikan Tuhanmu
padamu. Kamu akan sangat menyesal ketika nikmat itu hilang dan jangan pernah
sombong atas apa yang didapat. Bersyukurlah!”
Seorang yang berbeda keyakinan dengan kita saja
dapat berkata demikian. Kenapa kita yang jelas-jelas mengerti dan paham malah
lupa untuk bersyukur padaNya? Bersyukurlah pada setiap detik kehidupan ini! Bersyukurlah
ketika kita bisa tidur dengan lelap. Karena di luar sana masih banyak saudara
kita yang tak bisa tidur lelap karena sakit yang mengganggunya. Bersyukurlah
karena kita masih dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih
banyak orang disekitar kita yang tidak bisa makan dan minum karena sakit.
Bersyukurlah Allah masih memberikan kesehatan pada telinga
kita sehingga kita masih bisa mendengar. Bayangkan jika fungsi pendengaran kita
diambil olehNya. Renungkan kembali nikmat yang telah diberikan oleh Allah
kepada kita. Coba raba kembali mata kita yang tidak buta. Sentuhlah kulit kita yang terbebas dari
penyakit kulit, jika penyakit kulit menimpa kita mungkin banyak yang akan
menghindar dari kita. Renungkan kembali betapa dahsyatnya fungsi otak kita,
memori yang kuat, serta akal yang masih
berfungsi dengan baik sehingga terhindar dari kegilaan yang menghinakan.
Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas
sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit?
Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda,
hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara,
sementara tangan Anda buntung?
Begitulah, sebenarnya kita berada dalam kenikmatan
tiada tara dan kesempurnaan tubuh, tapi kita sering tak menyadarinya. Kita
sering sadar ketika nikmat itu perlahan-lahan diambilNya. Terkadang, kita tetap
merasa resah, gelisah, suntuk, dan sedih, meskipun kita masih mempunyai nasi hangat
untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas,
dan kesehatan untuk terus berbuat.
Salah satu hal yang membuat kita tidak bersyukur
adalah kita sering memikirkan sesuatu yang tidak ada sehingga kita lupa
mensyukuri apa yang sudah ada. Jiwa kita mudah terguncang hanya karena kerugian
materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya kita masih memegang kunci
kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan
lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah! Pikirkan dan
renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan
apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan janganlah termasuk golongan orang-orang
yang tak bersyukur dan ingkar.