Kamis, 08 Oktober 2015

Bersyukurlah!


Bismillaahirrahmaanirrahiim
            Preklinik! Mungkin mahasiswa kesehatan tidak asing lagi dengan istilah ini terutama mahasiswa keperawatan. Yap! Pada saat preklinik (sebelum profesi) mahasiswa keperawatan harus mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan di dunia perkuliahan ke masyarakat dan tempat klinis seperti rumah sakit dan puskesmas. Nah, pada postingan kali ini saya akan berbagi pengalaman ketika praktik klinik di komunitas lansia yang dikenal dengan keperawatan gerontik.
            Jujur, ini merupakan praktik klinik pertama bagi saya. Lho, kok yang pertama sih? Saya adalah mahasiwa keperawatan yang tengah meduduki semester lima tapi saya belum pernah praktik klinik di rumah sakit  ataupun puskesmas. Kurikulum di fakultas membolehkan mahasiswa keperawatan terjun ke dunia klinis saat menduduki semester tujuh. Cukup lama memang!
            Praktik klinik di  komunitas gerontik dimulai pada awal September lalu. Untuk melaksanakan  praktik klinik ini mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Disebabkan total mahasiswa di kelas saya tujuh puluh orang jadi tidak memungkinkan terjun ke lapangan ketujuhpuluhannya. Setiap kelompok akan terjun ke lapangan pada hari sabtu dan minggu. Jika pada minggu pertama kelompok satu yang praktik klinik berarti minggu selanjutnya yang praktik klinik adalah kelompok dua dan begitu seterusnya.
            Sebelum melaksanakan praktik klinik dosen mata kuliah keperawatan gerontik memberikan opsi kepada kami untuk memilih panti jompo mana yang akan dipilih. Nah, dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami memilih WCK dengan alasan lebih dekat dan aksesnya mudah. Setelah memilih kemudian kami diberi tahu bahwa semua lansia yang tinggal di WCK beragama nonislam. Shock? Pasti. Jika dalam keseharian bertemu dengan masyarakat yang mayoritas beraga Islam nah sekarang kami akan bertemu dengan masyarakat nonislam. Dalam kehidupan ini kita memang tidak boleh membeda-bedakan latar belakang agama dan budaya seseorang, mungkin karena tidak terbiasa jadi efeknya begitu.
            Tahukah kau teman? Ternyata keadaan di sana tidak sesuai dengan ekspetasi kami. Walaupun masyarakat di sana beragama nonislam tapi mereka sangat  menghargai kita yang beraga Islam, toleransi terhadap agama kita patut diacungkan jempol. Awalnya kami bingung mau shalat di mana ternyata pihak WCK menyediakan sebuah ruangan khusus untuk perawat. Nah, di ruangan perawat inilah kami melaksanakan shalat karena beberapa perawat di sini ada yang beragama Islam.
            Sesampai di sana kami disambut oleh seorang oma yang berinisial P. Oma P sangat ramah pada kami. Dari matanya terlihat sebuah kesedihan dan pengharapan yang cukup besar. Saya cukup terkesan dengan keramahan Oma P ini. Saat pengarahan dari perawat yang bertugas kami mengetahui total lansia yang tinggal di sini berjumlah empat puluh orang dengan berbagai diagnosa medis. Hipertensi, stroke, DM, rematik, asam urat, osteoporosis, depresi, demensia, waham, harga diri rendah, isolasi sosial, ditemukan di sini.
            Banyak sekali pengalaman yang di dapat di sini. Seorang perawat harus bisa empati terhadap keadaan kliennya. Seorang perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada kliennya, bagaimana mungkin dia tidak empati terhadap kliennya?
            Miris memang. Hati saya seakan dicabik-cabik saat mendengar cerita oma-opa tersebut. Setelah bercerita dengan beberapa oma-opa tersebut saya mengetahui alasan masuk mereka ke WCK. Adapun alasannya yaitu karena diantar oleh anak, tidak ada yang merawat, tinggal seorang diri, bahkan ada yang ditelantarkan begitu saja. Naudzubillahi minzalik.
Bukankah seorang anak wajib berbakti pada ibu dan ayahnya? Saat kita kecil merekalah  yang merawat kita. Tak peduli apakah mereka sibuk bekerja, ekonomi pas-pasan, dan sebagainya. Namun, mereka tetap merawat kita. Kasih sayang dari mereka terus mengalir pada diri kita walau dengan keadaan seperti itu. Saat mereka memasuki usia senja kenapa kita tak membalas jasa mereka? Kenapa bukan kita yang merawat mereka? Apakah Anda puas ketika dikatakan sukses tapi Anda tidak sukses merawat kedua  orang tua Anda? Bukankah orangtua sangat berperan penting dalam kesuksesan Anda? Bukankah orangtua yang menyekolahkan Anda hingga Anda memperoleh pendidikan yang tinggi? Malah, ada yang mengatakan anaknya bekerja di luar negeri dengan profesi yang patut diacungkan jempol. Namun,  apa yang terjadi? Ketika Anda menjadi orang besar Anda melupakan orang-orang yang membantu Anda untuk menjadi orang besar. Astaghfirullah.
***
Hidup itu seperti ban mobil. Kadang kita berada di atas dan kadang di bawah. Saat kita berada di bawah jangan bersedih karena suatu saat nanti kita akan berada diposisi atas. Sebaliknya, saat kita berada di posisi atas ingatlah bahwa suatu nanti kita akan berada di posisi bawah. Bersyukurlah terhadap semua yang diberikan Tuhan.
Seiring berjalannya waktu kita akan mendapati usia lanjut, in syaa Allah. Saat memasuki usia lanjut sistem penyusun tubuh banyak mengalami kemunduran. Baik itu kemunduran sistem neurologi, penglihatan, hormon, integumen, ekstremitas atas dan bawah, fungsi pernapasan, jantung, ginjal, reproduksi, dan sebagainya. Hal ini sangat berdampak pada kehidupan sehari-hari. Sebelum nikmat tersebut diambil maka bersyukurlah! Gunakan nikmat tersebut dengan sebaiknya sebagai bukti syukur atas nikmatNya. Jika kita bersyukur atas nikmat yang diberikan maka Dia akan melipatgandakan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga kedua telapak kaki. Dalam Al-qur’an Surat Ibrahim ayat 34 disebutkan, “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya.” Sudahkah engkau bersyukur wahai diri?
Tanpa kita minta Dia memberikan nikmat yang luar biasa. Kita memiliki dua mata, satu lidah, dua lubang hidung, dua tangan, dan dua kaki. Bagaimana jika Dia mengambil salah satu nikmat tersebut?  Misal, Dia mengambil nikmat kaki yang digunakan untuk berjalan dan menopang tubuh. Tentunya kita tidak bisa berjalan dengan semestinya, mungkin kita akan menggunakan kursi roda ataupun kruk. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Bersyukurlah!
Jangan sampai ketika nikmat sehat telah diambil olehNya baru Anda bersyukur. Praktik klinik keperawatan gerontik  membuat saya makin takjub atas skenarioNya. Dia dapat saja dengan mudah mengambil nikmat tersebut tanpa bisa kita halangi.
Selagi masih muda manfaatkanlah nikmat kesehatan ini dengan baik. Bersyukurlah! Tanpa kita sadari, hal yang membuat hidup tidak nyaman adalah ketika kita lupa bersyukur atas nikmat yang diberikanNya.
Salah satu pasien saya yang nonislam berpesan, “Jangan pernah meninggalkan shalat, bersyukurlah atas nikmat yang diberikan Tuhanmu padamu. Kamu akan sangat menyesal ketika nikmat itu hilang dan jangan pernah sombong atas apa yang didapat. Bersyukurlah!”
Seorang yang berbeda keyakinan dengan kita saja dapat berkata demikian. Kenapa kita yang jelas-jelas mengerti dan paham malah lupa untuk bersyukur padaNya? Bersyukurlah pada setiap detik kehidupan ini! Bersyukurlah ketika kita bisa tidur dengan lelap. Karena di luar sana masih banyak saudara kita yang tak bisa tidur lelap karena sakit yang mengganggunya. Bersyukurlah karena kita masih dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang disekitar kita yang tidak bisa makan dan minum karena sakit.
Bersyukurlah Allah masih memberikan kesehatan pada telinga kita sehingga kita masih bisa mendengar. Bayangkan jika fungsi pendengaran kita diambil olehNya. Renungkan kembali nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Coba raba kembali mata kita yang tidak  buta. Sentuhlah kulit kita yang terbebas dari penyakit kulit, jika penyakit kulit menimpa kita mungkin banyak yang akan menghindar dari kita. Renungkan kembali betapa dahsyatnya fungsi otak kita, memori  yang kuat, serta akal yang masih berfungsi dengan baik sehingga terhindar dari kegilaan yang menghinakan.
Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?
Begitulah, sebenarnya kita berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempurnaan tubuh, tapi kita sering tak menyadarinya. Kita sering sadar ketika nikmat itu perlahan-lahan diambilNya. Terkadang, kita tetap merasa resah, gelisah, suntuk, dan sedih,  meskipun kita masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat.
Salah satu hal yang membuat kita tidak bersyukur adalah kita sering memikirkan sesuatu yang tidak ada sehingga kita lupa mensyukuri apa yang sudah ada. Jiwa kita mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya kita masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah! Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan janganlah termasuk golongan orang-orang yang tak bersyukur dan ingkar.

Rabu, 07 Oktober 2015

Menata Hidup

Assalamu'alaikum
Selamat pagi, manceman

Hari ini saya akan menata (kembali) kehidupan di blog ini. Saya minta maaf  kepada followers dikarenakan sudah lama sekali tidak muncul diperedaran. Huehew.

Padatnya jadwal kuliah dan praktikum, banyaknya kegiatan di organisasi, serta deadline tugas dan amanah yang banyak membuat saya melupakan blog ini (sejenak). Sebuah alasan klasik memang tapi begitulah adanya.

Mungkin saya akan menata kembali postingan yang ada di blog ini. Sebelumya saya mohon maaf jika ada beberapa postingan yang teman-teman cari (mungkin) saya hapus.

Wassalam